PEMESANAN CUPANGShoopie : iim_betta_fish

PEMESANAN CUPANGShoopie : iim_betta_fish

Monday, April 4, 2016

Pasar Ikan Hias Parung

Facebook Twitter Email Print Compact 
Ratusan orang sepanjang hari memadati jejeran lapak beratap seng di areal seluas 30 meter x 20 meter. Setelah bertransaksi dengan penjaga atau pemilik lapak, para pengunjung tersebut beranjak pergi sembari menenteng buntalan plastik berisi air dan ikan hias.
Mereka bukan hanya dari kalangan penggemar ikan hias piaraan di rumah, melainkan juga para pedagang. Porsi eceran atau kulakan (grosir) berbaur dalam hiruk pikuk transaksi.
Begitulah sekelumit kesibukan di Pasar Ikan Hias Parung di Desa Waruh, Kecamatan Parung, Bogor, Jawa Barat. Sejak berdiri 10 tahun silam, tempat ini sudah sohor sebagai sentra ikan hias. Selain karena dekat dengan empang-empang pembibitan ikan hias, lokasinya pun mudah dijangkau warga Jakarta dan sekitarnya. Tempatnya terhubung dengan jalan raya biasa dan Tol Jagorawi dengan keluar di Sentul.
Lokasinya tidak jauh dari Pasar Tradisional Parung (jalan poros Jakarta-Bogor). Memang sedikit menjorok 200 meter ke dalam dari Jalan Raya Parung. Tidak ada plang petunjuk khusus tentang lokasinya. Namun, itu bukan penghalang bagi pengunjung untuk menjangkaunya.
Jika Anda melintas dari arah kawasan Lebak Bulus, Ciputat, Sawangan, lalu menuju arah Bogor, Anda sebetulnya sudah berada dalam radius pasar ini. Setelah menembus kemacetan lalu lintas di depan pasar tradisional Parung, cobalah kurangi kecepatan, lalu menepikan kendaraan.
Begitu Anda menyebut pasar ikan hias, orang-orang di sebuah mulut gang dengan sigap dan ramah menunjukkan tempatnya.
Sore itu, Minggu (16/8), Pasar Ikan Hias masih dipadati puluhan pembeli dan pedagang. Bau anyir dan genangan air tidak membuat Dodi Hafidz (45) risi melangkah dari lapak ke lapak. Warga Depok, Jawa Barat, itu sedang mencari beragam ikan hias kegemarannya.
Satu jam sudah Dodi mengamati ikan cupang yang berada dalam kantong plastik putih. Matanya melirik seolah mengikuti kibasan ekor ikan cupang yang berwarna-warni menawan.
Sudah sembilan tahun Dodi rutin mengunjungi pasar tersebut. "Bagi saya, ikan hias itu penghilang stres. Apalagi pusing ngurusin bisnis," kata Dodi yang bekerja sebagai wiraswasta.
Menurut dia, ikan hias di Parung relatif murah dan variatif ketimbang tempat lain. Misalnya, ikan cupang half moon yang ia beli di pasar itu hanya sekitar Rp 2.000, sementara di pasar ikan hias Jatinegara bisa mencapai sekitar Rp 5.000.
Seiring perjalanan waktu, kegemaran Dodi meningkat menjadi aktivitas usaha. Ia perlahan mulai berdagang ikan cupang. Ikan cupang dan ikan koi diambil dari Parung, lalu dijualnya kembali ke sejumlah wilayah. Pelanggannya bahkan ada yang dari wilayah Kalimantan.
Dengan bangga ia menuturkan, dari setiap transaksi untungnya bisa mencapai Rp 2 juta untuk 2.000 ikan cupang.
Beragam
Koi, cupang, black ghost, louhan, red pinsa, arwana, dan botia adalah beberapa jenis ikan hias yang bisa ditemukan di sini. Wadahnya pun beragam. Selain dibungkus dalam kantong plastik, beberapa ikan hias juga diceburkan ke beberapa kolam seluas sekitar 50 cm x 50 cm.
Ikan tersebut didapatkan dari beberapa petani ikan hias di sekitar Bogor, seperti daerah Babakan. Pedagang di pasar tersebut juga berasal dari sejumlah daerah, seperti Bogor dan Sukabumi.
Beberapa pedagang juga membawa ikan hias, seperti ikan koi dan ikan nila, langsung dari daerahnya. Kahfi Sulaeman (44), misalnya, membawa dagangannya dari Sukabumi, Jawa Barat, setiap subuh dan menjualnya hingga petang.
"Dulu, pedagang ikan hias hanya bisa dihitung dengan jari dan berjualan di pinggir jalan Pasar Parung," katanya sembari mengangkat ikan hias dagangannya ke mobil pikap. Sedikitnya, sehari ia mampu meraup omzet sekitar Rp 5 juta.
Cikal bakal pasar ikan hias ini telah muncul awal 1990-an. Namun, kala itu para pedagang hanya berjualan di pinggir jalan dan mengganggu arus lalu lintas. Barulah pada 2005 mereka disatukan dalam satu tempat.
Kini, pasar ikan hias ini dihuni sekitar 200 pedagang. Awalnya, pasar tersebut terus hidup 24 jam setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Namun, secara perlahan, sesuai permintaan pembeli yang berasal dari luar Bogor, waktu operasi tersebut berubah menjadi Minggu, Selasa, dan Kamis. Aktivitas dimulai pada pagi hingga malam hari.
"Pasar itu buka tiga kali seminggu karena ikan hias tidak boleh berada dalam kantong selama dua hari. Bisa-bisa ikan stres," kata Damo Asmarudin (56), Kepala Pengelola Pasar Ikan Hias Parung.
Ia menuturkan, meski bukan sumber petani ikan hias, Parung menjadi tempat berkumpulnya para pencinta ikan hias dari Jakarta dan sekitarnya.
Bisa jadi biaya sewa lapak yang relatif terjangkau ikut menjadi faktor yang mendukung. Biayanya hanya Rp 1 juta per tahun.
Pasar ini dibangun atas swadaya pedagang dan pengelola, bukan pemerintah daerah.
Promosi tentang pasar tersebut santer dari mulut ke mulut di antara sesama komunitas penggila ikan hias. Menurut Damo, transaksi di pasar itu bisa mencapai Rp 800 juta saat hari operasi.
Malam menjemput petang. Sinar lampu mulai menyinari lapak-lapak. Terpancarlah pesona dan kelincahan ikan koi dan ikan cupang. Pembeli pun tak kalah lincah berseliweran, lalu bertransaksi dengan pemilik lapak.
 

Tags:

0 Responses to “Pasar Ikan Hias Parung”

Post a Comment

E-mail Pengguna :

Subscribe

Donec sed odio dui. Duis mollis, est non commodo luctus, nisi erat porttitor ligula, eget lacinia odio. Duis mollis

© 2013 Info Minapolitan. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks