PEMESANAN CUPANGShoopie : iim_betta_fish
Monday, April 4, 2016
Pasar Ikan Hias Parung
Monday, April 4, 2016 by iim Imam
Ratusan orang sepanjang hari memadati jejeran lapak beratap seng di
areal seluas 30 meter x 20 meter. Setelah bertransaksi dengan penjaga
atau pemilik lapak, para pengunjung tersebut beranjak pergi sembari
menenteng buntalan plastik berisi air dan ikan hias.
Mereka bukan hanya dari kalangan penggemar ikan hias piaraan di
rumah, melainkan juga para pedagang. Porsi eceran atau kulakan (grosir)
berbaur dalam hiruk pikuk transaksi.
Begitulah sekelumit kesibukan
di Pasar Ikan Hias Parung di Desa Waruh, Kecamatan Parung, Bogor, Jawa
Barat. Sejak berdiri 10 tahun silam, tempat ini sudah sohor sebagai
sentra ikan hias. Selain karena dekat dengan empang-empang pembibitan
ikan hias, lokasinya pun mudah dijangkau warga Jakarta dan sekitarnya.
Tempatnya terhubung dengan jalan raya biasa dan Tol Jagorawi dengan
keluar di Sentul.
Lokasinya tidak jauh dari Pasar Tradisional
Parung (jalan poros Jakarta-Bogor). Memang sedikit menjorok 200 meter ke
dalam dari Jalan Raya Parung. Tidak ada plang petunjuk khusus tentang
lokasinya. Namun, itu bukan penghalang bagi pengunjung untuk
menjangkaunya.
Jika Anda melintas dari arah kawasan Lebak Bulus,
Ciputat, Sawangan, lalu menuju arah Bogor, Anda sebetulnya sudah
berada dalam radius pasar ini. Setelah menembus kemacetan lalu lintas
di depan pasar tradisional Parung, cobalah kurangi kecepatan, lalu
menepikan kendaraan.
Begitu Anda menyebut pasar ikan hias, orang-orang di sebuah mulut gang dengan sigap dan ramah menunjukkan tempatnya.
Sore
itu, Minggu (16/8), Pasar Ikan Hias masih dipadati puluhan pembeli dan
pedagang. Bau anyir dan genangan air tidak membuat Dodi Hafidz (45) risi
melangkah dari lapak ke lapak. Warga Depok, Jawa Barat, itu sedang
mencari beragam ikan hias kegemarannya.
Satu jam sudah Dodi
mengamati ikan cupang yang berada dalam kantong plastik putih. Matanya
melirik seolah mengikuti kibasan ekor ikan cupang yang berwarna-warni
menawan.
Sudah sembilan tahun Dodi rutin mengunjungi pasar tersebut. "Bagi saya, ikan hias itu penghilang stres. Apalagi pusing ngurusin bisnis," kata Dodi yang bekerja sebagai wiraswasta.
Menurut dia, ikan hias di Parung relatif murah dan variatif ketimbang
tempat lain. Misalnya, ikan cupang half moon yang ia beli di pasar itu
hanya sekitar Rp 2.000, sementara di pasar ikan hias Jatinegara bisa
mencapai sekitar Rp 5.000.
Seiring perjalanan waktu, kegemaran
Dodi meningkat menjadi aktivitas usaha. Ia perlahan mulai berdagang ikan
cupang. Ikan cupang dan ikan koi diambil dari Parung, lalu dijualnya
kembali ke sejumlah wilayah. Pelanggannya bahkan ada yang dari wilayah
Kalimantan.
Dengan bangga ia menuturkan, dari setiap transaksi untungnya bisa mencapai Rp 2 juta untuk 2.000 ikan cupang.
Beragam
Koi,
cupang, black ghost, louhan, red pinsa, arwana, dan botia adalah
beberapa jenis ikan hias yang bisa ditemukan di sini. Wadahnya pun
beragam. Selain dibungkus dalam kantong plastik, beberapa ikan hias juga
diceburkan ke beberapa kolam seluas sekitar 50 cm x 50 cm.
Ikan
tersebut didapatkan dari beberapa petani ikan hias di sekitar Bogor,
seperti daerah Babakan. Pedagang di pasar tersebut juga berasal dari
sejumlah daerah, seperti Bogor dan Sukabumi.
Beberapa pedagang
juga membawa ikan hias, seperti ikan koi dan ikan nila, langsung dari
daerahnya. Kahfi Sulaeman (44), misalnya, membawa dagangannya dari
Sukabumi, Jawa Barat, setiap subuh dan menjualnya hingga petang.
"Dulu,
pedagang ikan hias hanya bisa dihitung dengan jari dan berjualan di
pinggir jalan Pasar Parung," katanya sembari mengangkat ikan hias
dagangannya ke mobil pikap. Sedikitnya, sehari ia mampu meraup omzet
sekitar Rp 5 juta.
Cikal bakal pasar ikan hias ini telah muncul awal 1990-an. Namun,
kala itu para pedagang hanya berjualan di pinggir jalan dan mengganggu
arus lalu lintas. Barulah pada 2005 mereka disatukan dalam satu tempat.
Kini,
pasar ikan hias ini dihuni sekitar 200 pedagang. Awalnya, pasar
tersebut terus hidup 24 jam setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Namun, secara
perlahan, sesuai permintaan pembeli yang berasal dari luar Bogor, waktu
operasi tersebut berubah menjadi Minggu, Selasa, dan Kamis. Aktivitas
dimulai pada pagi hingga malam hari.
"Pasar itu buka tiga kali
seminggu karena ikan hias tidak boleh berada dalam kantong selama dua
hari. Bisa-bisa ikan stres," kata Damo Asmarudin (56), Kepala Pengelola
Pasar Ikan Hias Parung.
Ia menuturkan, meski bukan sumber petani
ikan hias, Parung menjadi tempat berkumpulnya para pencinta ikan hias
dari Jakarta dan sekitarnya.
Bisa jadi biaya sewa lapak yang relatif terjangkau ikut menjadi faktor yang mendukung. Biayanya hanya Rp 1 juta per tahun.
Pasar ini dibangun atas swadaya pedagang dan pengelola, bukan pemerintah daerah.
Promosi
tentang pasar tersebut santer dari mulut ke mulut di antara sesama
komunitas penggila ikan hias. Menurut Damo, transaksi di pasar itu bisa
mencapai Rp 800 juta saat hari operasi.
Malam menjemput petang.
Sinar lampu mulai menyinari lapak-lapak. Terpancarlah pesona dan
kelincahan ikan koi dan ikan cupang. Pembeli pun tak kalah lincah
berseliweran, lalu bertransaksi dengan pemilik lapak.
Sumber Berita: http://pkspl.ipb.ac.id/berita-terminal-penggemar-dan-pedagang-ikan-hias.html#ixzz44v62qPu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Responses to “Pasar Ikan Hias Parung”
Post a Comment
E-mail Pengguna :